Jumat, 23 November 2018

Pinus Pengger

Katanya wisata di Yogya sudah merata daerahnya, tidak hanya dikuasai  di area kota nya seperti Kraton dan Malioboro..Yogyakarta sudah lebih update hingga ke kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo.. Kali ini saya dan suami akan share pengalaman ke daerah Gundul (Gunung Kidul, enak nyingkatnya, hehe)
Wisata kami ke Gundul yang lagi trend untuk selfie adalah ke Wisata Pinus Pengger.Menurut google maps, jarak dari rumah kami Potorono ke Pengger hanya memakan waktu 12 km dengan jarak waktu 25 menit, kok lumayan deket dan cepet juga ya?penasaran akhirnya kami turuti saja petunjuk jalan yg disediakan google maps tersebut
Ternyata oh ternyata, petunjuk dari mbah google ini emang real nyampe kurang lebih 27 menit,tapi kondisi jalan dari mbah google ini penuh drama,karena melalui jalan alternatif jalan setapak,yg pinggirnya jurang walaupun viewnya indah,kalau ga salah nama kampung setapak itu Jalan Jalasutra.Sepanjang jalan saya hanya berdoa la hawla wala kuwwata illa billah, sedangkan suami tetep fokus naik motor maticnya.Inget ya,petunjuk dari google ini hanya digunakan untuk pengendara roda dua,yg pake mobil kalian harus lewat Jalan Pathuk Wonosari.Waktu itu berangkat dari rumah jam 14.40 sampe di lokasi jam 15.10, tiket masuk  @Rp 2.500/orang ditambah biaya parkir dua ribu perak, total 7 ribu tanpa pungli dan tidak seribet kalu kita masuk wisata pantai yang bayarnya double-double. Saya cukup mengapresiasi wisata Pinus Pengger ini, sepertinya Pemerintah Daerah sudah ga ecek-ecek menyediakan objek alternatif di Wonosari ini. Mulai harga tiket masuk dan parkir yang standar, fasilitas parkirnya luas dan petugasnya selalu standby diparkiran, musholla walau dibilang ga luas tapi cukuplah menampung 10 orang, biaya penggunaan toilet  2-ribu dan juga disediakan tisu disamping petugas toiletnya, ga owel lah bayar 2-ribu tapi toiletnya bersih dan wangi.Setelah kami parkir motor, lalu kami sholat ashar.Ceritanya kami mau ambil foto di Pengger malam hari sedangkan kami ashar sudah sampe dilokasi, kegasiken (terlalu awal) kami datengnya..saran saya sih,kalo mau dapet foto yang ciamik ya dimalem hari aja, tapi maksimal jam 5 sore kalian udah sampe dilokasi lho!yaudah deh kita jalan-jalan disekitar Pengger aja,ada swalayan yg wifi-nya kenceng banget didepan objek wisata(gara-gara suami minta dibelikan tolak angin,akhirnya saya dapet kode wifi),sambil kami wifi-an kami jajan mie ayam tepat disamping loket masuk. Mie-ayamnya juga harganya terjangkau, permangkok 8 ribu plus jeruk panas 3ribu,harga-harga di objek wisata sekitar Pengger standar semua, ga ada yg aji mumpung kaya beberapa wisata yang lain.Kurang lebih satu setengah jam kami mangkal di warung mie ayam ini,lama juga ya..soalnya yg punya warung asyik juga diajak ngobrol,beliau cerita rumahnya cuma disamping objek,warung mie ayamnya juga cuma didepan tempat wisata.Ngalor ngidul cerita akhirnya jam 17.35 kami masuk objek lagi sambil nunggu adzhan Magrib,sholat jamaah,lalu segera ke tkp.

Asuma Padukarasa adalah nama wahana pertama yg kami lalui, karya ini berbentuk dasar sebuah gapura yang terbuat utamanya dari ribuan reranting lentur tanaman saliara (Lantana camara) yang disilangkan atau dipilin sebagai ikon pintu masuk selamat datang bagi pengunjung. Sabrang Anindha, berbentuk dasar dua gubuk kerucut berhadapan yang atapnya menyatu, berpesan agar kita peduli pada sesama. Marmati, yang berbentuk kubus tumpul dengan atap prisma berpesan bahwa semua manusia pasti pernah takut terhadap kematian. Pancarwara, berbentuk dasar tangan manusia, berpesan agar kita melindungi elemen-elemen alam untuk anak cucu kita. Sementara itu, Cetta Abhipraya yang berbentuk dasar tumpeng berpesan agar kita bersungguh-sungguh menuntut dan dermawan membagi ilmu. Akhirnya, Reresik Jagat, yang berbentuk dasar sapu, mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan alam raya.


Yang teramat viral di Pengger adalah spot Pancarwara dan Cetta Abhipraya.Kami harus antri 1 jam buat foto disini,suami nyoba foto sendiri dengan kamera hp tetep aja hasilnya jelek hahaha, padahal hapenya udah cukup canggih lho,ya terpaksa nyewa tukang foto yang tersedia disitu, bagus kok hasil jepretannya.. kami diarahkan gaya untuk berfoto, kurang lebih ada 30 adegan foto hasil mas-mas tukang fotonya...boleh dicopy semua ke hp kita,boleh dipilih aja yang sekiranya bagus dan srek dihati kita, untuk ngopy file perfoto dikenakan biaya 4ribu.
Jam udah menunjukkan jam 20.07, kami sudah lelah akhirnya segera otw pulang.Tapi kami ga lewat jalan alternatif yang penuh drama tadi, takut dan kalau malem jalannya horor, lebih baik dan lebih aman jika kalian pulang malem,ambil jalan arah ke Brambang-Pathuk lewat Hargo Dumilah yang wisata Bukit Bintang itu lho, lebih jauh dan lebih lama dari perjalanan berangkatnya tapi tak apalah daripada saya singunen (takut ketinggian) lewat jalan setapak tadi..lain waktu saya sambung lagi pengalaman jalan-jalannya ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbitan Internasional